Makalah Appendiks (Umbai cacing) TERBARU 2021
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Appendiks (Umbai cacing) mulai dari
caecum (Usus Buntu) dan lumen appendiks ini bermuara ke dalam caecum dinding
appendiks mengandung banyak folikel getah bening biasanya appendiks terletak
pada iliaca kanan di belakang caecum (
Appendiks
dapat mengalami keradangan pembentukan mukokel, tempat parasit, tumor benigna
atau maligna dapat mengalami trauma, pembentukan pistula interna atau eksterna,
kelainan kongenital korpus ileum dan kelaina yang lain. Khusus untuk appendiks terdapat cara prevensi
yang hanya mengurangi morbilitas dan mortalitas sebelum menjadi perforasi atau
gangren (FKUA ; 1989 )
Tindakan
pengobatan terhadap appendiks dapat dilakukan dengan cara operasi (pembedahan
). Pada operasi appendiks dikeluarkan
dengan cara appendiktomy yang merupakan suatu tindakan pembedahan membuang appendiks ( Puruhito ; 1993).
Adapun
permasalahan yang mungkin timbul setelah dilakukan tindakan pembedahan antara
lain : nyeri, keterbatasan aktivitas, gangguan keseimbangan cairan dan
elektrolit, kecemasan potensial terjadinya infeksi (Ingnatavicus; 1991).
Dengan
demikian peranan perawat dalam mengatasi dan menanggulangi hal tersebut
sangatlah penting dan dibutuhkan terutama perawatan yang mencakup empat aspek
diantaranya : promotif yaitu memberikan penyuluhan tentang menjaga kesehatan
dirinya dan menjaga kebersihan diri serta lingkungannya.
Upaya
kuratif yaitu memberikan perawatan luka operasi secara aseptik untuk mencegah
terjadinya infeksi dan mengadakan kaloborasi dengan profesi lain secara
mandiri. Upaya rehabilitatif yaitu
memberikan pengetahuan atau penyuluhan kepada penderita dan keluarganya
mengenai pentingnya mengkonsumsi makanan yang bernilai gizi tinggi kalori dan
tinggi protein guna mempercepat proses penyembuhan penyakitnya serta perawatan
dirumah setelah penderita pulang.
1.2 Batasan dan Perumusan
Masalah
Pada penyusunan karya tulis ini penulis hanya melakukan asuhan keperawatan pada suatu klien dengan kasus apendiks akut khususnya post operasi appendiktomy di ruang bedah G RSUD Dr. Soetomo Surabaya.
Dari permasalahan yang ada
penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
Bagaimana gambaran asuhan
keperawatan pada klien appendiks akut khususnya post operasi appendiktomy.
1.3 Tujuan
1.3.1.
Tujuan Umum
Diperoleh pengalaman nyata dalam menerapkan Asuhan keperawatan klien post appendiktomy secara komprehensif melalui pendekatan proses keperawatan.
1.3.2.
Tujuan Khusus
a. Dapat melakukan pengkajian secara langsung
pada klien post appendiktomy.
b. Dapat merumuskan masalah dan membuat diagnosa
keperawatan pada klien post appendiktomy.
c. Dapat membuat perencanaan pada klien post appendiktomy.
d. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan
pada klien post appendiktomy.
e. Mampu mengevaluasi tindakan yang telah
dilakukan pada klien post appendiktomy.
1.4 Manfaat
1. Asuhan keperawatan akan memberikan wawasan yang luas mengenai masalah keperawatan pada klien post appendiktomy.
2. Asuhan keperawatan akan memberi wawasan kepada perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang benar tentang masalah klien post appendiktomy
1.5 Sistematika
Untuk memberi gambaran pada pembaca
mengenai keseluruhan isi maka penulis menyusun proposal ini dengan sistematika
penulisan sebagai berikut yaitu :
Bab I : Pendahuluan,
terdiri dari latar belakang, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan, dan
sistematika penulisan.
Bab II : Tinjauan pustaka,
terdiri dari definisi, anatomi, patofisiologi, dampak masalah dan asuhan
keperawatan.
Bab III : asuhan keperawatan terdiri dari pengkajian,pemeriksaan,perencanaan,pelaksanaan dan evaluasi
Bab IV : Penutup mengutarakan kesimpulan dari uraian, pembahasan, jawaban terhadap tujuan penulisan dan beberapa penyampaian saran, ada dua sub bab kesimpulan dan saran yaitu kesimpulan dan saran dari bagian akhir penulisan ini dicantumkan daftar pustaka
BAB II
KONSEP MEDIS
2.1. Definisi
Dalam pengertian ini ada beberapa pendapat
anara lain :
Appendiks akut adalah
peradangan dari appendiks vermiformis yang merupakan penyebab umum dari akut
abdomen (Junaidi, dkk, 1982). Appendisitis adalah peradangan dari suatu
appendiks.
Appendisitis akut adalah
keadaan yang disebabkan oleh peradangan yang mendadak pada suatu appendiks (
Baratajaya, 1990).
2.2. Anatomi Fisiologi
Embriologi appendiks berhubungan dengan caecum, tumbuh dari ujung
inferiornya. Tonjolan appendiks pada
neonatus berbentuk kerucut yang menonjol pada
apek caecum sepanjang 4,5 cm.
Pada orang dewasa panjang appendiks rata-rata 9 – 10 cm, terletak
posteromedial caecum kira-kira 3 cm inferior valvula ileosekalis. Posisi appendiks bisa retrosekal, retroileal,subileal
atau dipelvis, memberikan gambaran klinis yang tidak sama. Persarafan para simpatis berasal dari cabang
nervus vagus yang mengikuti arteri mesenterika superior dari arteri
appendikkularis, sedangkan persarafan simpatis berasal dari nervus torakalis x,
karena itu nyeri viseral pada appendiks bermula sekitar umbilikus. Perdarahan pada appendiks berasal dari arteri
appendikularis yang merupakan artei tanpa kolateral. Jika arteri ini tersumbat, misalnya trombosis
pada infeksi maka appendiks akan mengalami gangren.
Sumber : R. Samsu, 1997
Appendiks
menghasilkan lendir 1 – 2 ml perhari yang bersifat basa mengandung amilase,
erepsin dan musin. Lendir itu secara
normal dicurahkan ke dalam bumen dan selanjutnya mengalir ke caecum. Hambatan aliran lendir di muara appendiks berperan pada patofisiologi
appendiks.
Imunoglobulin sekretor yang dihasilkan oleh GALT (Gut Associated Lymphoid Tissue) yang terdapat disepanjang saluran cerna termasuk appendiks, ialah Ig A. Imunglobulin itu sangat efektif sebagai perlindungan terhadap infeksi tapi pengangkatan appendiks tidak mempengaruhi sistem Imunoglobulin tubuh sebab jaringan limfe kecil sekali jika dibandingkan dengan jumlah disaluran cerna dan seluruh tubuh. Terjadinya apendisitis akut umumnya
2.3 Etiologi
Disebabkan oleh infeksi bakteri. Namun terdapat banyak sekali faktor pencetus terjadinya penyakit ini. Diantaranya obstruksi yang terjadi pada lumen apendiks. Obstruksi pada lumen apendiks ini biasanya disebabkan karena adanya timbunan tinja yang keras ( fekalit), hipeplasia jaringan limfoid, penyakit cacing, parasit, benda asing dalam tubuh, cancer primer dan striktur. Namun yang paling sering menyebabkan obstruksi lumen apendiks adalah fekalit dan hiperplasia jaringan limfoid. (Irga, 2007)
2.4 Patofisiologi
Penyebab utama appendisitis adalah obstruksi penyumbatan yang dapat disebabkan oleh
hiperplasia dari folikel limfoid merupakan penyebab terbanyak,adanya fekalit
dalam lumen appendiks. Adanya benda asing seperti cacing,
stiktura karena fibrosis akibat peradangan sebelumnya, sebab lain misalnya
keganasan (karsinoma karsinoid).
Obsrtuksi
apendiks itu menyebabkan mukus yang diproduksi mukosa terbendung, makin lama
mukus yang terbendung makin banyak dan menekan dinding appendiks oedem serta
merangsang tunika serosa dan peritonium viseral. Oleh karena itu persarafan appendiks sama dengan usus yaitu torakal X maka
rangsangan itu dirasakan sebagai rasa sakit disekitar umblikus.
Mukus yang
terkumpul itu lalu terinfeksi oleh bakteri menjadi nanah, kemudian timbul
gangguan aliran vena, sedangkan arteri belum terganggu, peradangan yang timbul
meluas dan mengenai peritomium parietal setempat, sehingga menimbulkan rasa
sakit dikanan bawah, keadaan ini disebut dengan appendisitis supuratif akut.
Bila
kemudian aliran arteri terganggu maka timbul alergen dan ini disebut dengan
appendisitis gangrenosa. Bila dinding
apendiks yang telah akut itu pecah, dinamakan appendisitis perforasi. Bila omentum usus yang berdekatan dapat
mengelilingi apendiks yang meradang atau perforasi akan timbul suatu masa
lokal, keadaan ini disebut sebagai appendisitis abses. Pada anak – anak karena omentum masih pendek
dan tipis, apendiks yang relatif lebih panjang , dinding apendiks yang lebih
tipis dan daya tahan tubuh yang masih kurang, demikian juga pada orang tua
karena telah ada gangguan pembuluh darah, maka perforasi terjadi lebih cepat. Bila appendisitis infiltrat ini menyembuh dan
kemudian gejalanya hilang timbul dikemudian hari maka terjadi appendisitis
kronis (Junaidi ; 1982).
2.5 Dampak Masalah
2.5.1.
Individu
dalam hal ini terjadi gangguan dari berbagai pola fungsi kesehatan antara lain
a. Pola nutrisi dan metabolisme
Klien biasanya akan mengalami gangguan
pemenuhan nutrisi akibat
pembatasan pemasukan makanan atau minuman sampai peristaltik usus
kembali normal.
b. Pola aktifitas dan latihan
Aktifitas klien biasanya
terjadi pembatasan aktifitas akibat rasa nyeri pada luka operasi sehinnga
keperluan klien harus dibantu.
c. Pola tidur dan istirahat.
Klien akan mengalami gangguan kenyamanan
dan pola tidur karena rasa sakit
(nyeri) akibat tindakan pembedahan.
d. Pola Eliminasi
Pada pola eliminasi urine
akibat penurunan daya konstraksi kandung kemih, rasa nyeri atau karena tidak
biasa BAK ditempat tidur akan
mempengaruhi pola eliminasi urine . Pola
eliminasi alvi akan mengalami gangguan yang sifatnya sementara karena pengaruh
anastesi sehingga terjadi penurunan fungsi
e. Pola Persepsi dan konsep diri
Penderita menjadi
ketergantungan dengan adanya kebiasaan gerak segala kebutuhan harus
dibantu. Klien mengalami kecemasan
tentang keadaan dirinya sehingga penderita mengalami emosi yang tidak stabil.
f. Pola Reproduksi seksual
Adanya larangan untuk
berhubungan seksual setelah pembedahan selama beberapa waktu.
g. Pola terhadap keluarga
Perawatan dan pengobatan memerlukan biaya yang banyak harus ditanggung oleh keluarganya juga perasaan cemas keluarga terhadap keadaan klien
2.6 Penatalaksanaan Medis
Pembedahan di indikasikan bila diagnosa apendisitis telah di tegakkan .antibioti dan cairan IV di berikan sampai pembedahan dilakukan.analgesik dapat di berikan dapat di berikan setalah diagnosa di tegakkan .
Apendiktomi (pembedahan untuk mengangkat apendiks)dilakukan sesegera mungkin untuk menurunkan resiko perforasi.apendiktomi dapat dilakukan di bawah anasntesi umum atau spinal dengan insisi abdomen bawah atau dengan laparaskopi,yang merupakan metode terbaru yang sangat efektif.
2.7 Komplikasi
• Komplikasi utama adalah perforasi appediks yang dapat
berkembang menjadi peritonitis atau abses apendiks
• Tromboflebitis supuratif
• Abses subfrenikus
• Obstruksi intestinal
BAB
III
ASUHAN
KEPERAWATAN
Dengan memberikan asuhan keperawatan perawat menggunakan pendekatan proses keperawatan dengan melalui beberapa tahap yaitu :
A.Pengkajian
a. Pengumpulan data
1. Anamnesa
a. Identitas
Meliputi nama, umur, jenis
kelamin, pendidikan, tanggal atau jam masuk rumah sakit, nomor register,
diagnosa, nama orang tua, alamat, umur pendidikan, pekerjaan, pekerjaan orang
tua, agama dan suku bangsa.
b. Riwayat penyakit sekarang
Klien dengan post appendiktomy
mempunyai keluhan utama nyeri yang disebabkan insisi abdomen.
c. Riwayat penyakit dahulu
Meliputi penyakit apa yang pernah diderita oleh klien seperti hipertensi, operasi abdomen yang lalu, apakah klien pernah masuk rumah sakit, obat-abatan yang pernah digunakan apakah mempunyai riwayat alergi dan imunisasi apa yang pernah diderita.
d. Riwayat penyakit keluarga
Adalah keluarga yang pernah menderita penyakit diabetes mellitus, hipertensi, gangguan jiwa atau penyakit kronis lainnya uapaya yang dilakukan dan bagaimana genogramnya .
e. Pola Fungsi Kesehatan
1. Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat
Adakah kebiasaan merokok, penggunaan obat-obatan, alkohol dan kebiasaan olah raga (lama frekwensinya), bagaimana status ekonomi keluarga kebiasaan merokok dalam mempengaruhi lamanya penyembuhan luka.
2. Pola Tidur dan Istirahat
Insisi pembedahan dapat
menimbulkan nyeri yang sangat sehingga dapat mengganggu kenyamanan pola tidur
klien.
3. Pola aktifitas
Aktifitas dipengaruhioleh
keadaan dan malas bergerak karena rasa nyeri luka operasi, aktifitas biasanya
terbatas karena harus bedrest berapa waktu lamanya setelah pembedahan.
4. Pola hubungan dan peran
Dengan keterbatasan gerak
kemungkinan penderita tidak bisa melakukan peran baik dalam keluarganya dan
dalam masyarakat.
penderita mengalami emosi yang
tidak stabil.
5. Pola sensorik dan kognitif
Ada tidaknya gangguan sensorik
nyeri, penglihatan, pearaan serta pendengaran, kemampuan berfikir, mengingat
masa lalu, orientasi terhadap orang tua, waktu dan tempat.
6. Pola penanggulangan stress
Kebiasaan klien yang digunakan
dalam mengatasi masalah.
7. Pola tata nilai dan kepercayaan
Bagaimana keyakinan klien pada
agamanya dan bagaimana cara klien mendekatkan diri dengan tuhan selama sakit.
B. Pemeriksaan
a. Pemeriksaan Fisik
1. Status Kesehatan umum
Kesadaran biasanya kompos mentis, ekspresi wajah menahan
sakit tanpa sakit ada tidaknya kelemahan
2. Integumen
Ada
tidaknya oedem, sianosis, pucat, pemerahan luka pembedahan pada abdomen sebelah
kanan bawah .
3. Kepala dan Leher
Ekspresi
wajah kesakitan pada konjungtiva lihat
apakah ada warna pucat.
4. Torax dan Paru
Apakah
bentuknya simetris, ada tidaknya sumbatan jalan nafas, gerakan cuping hidung
maupun alat Bantu nafas frekwensi pernafasan biasanya normal (16 – 20 kali
permenit). Apakah ada ronchi, whezing,
stridor.
5. Abdomen
Pada post
operasi biasanya sering terjadi ada tidaknya pristaltik pada usus ditandai
dengan distensi abdomen, tidak flatus dan mual, apakah bisa kencing spontan
atau retensi urine, distensi supra pubis, periksa apakah produksi urine cukup,
keadaan urine apakah jernih, keruh atau hematuri jika dipasang kateter periksa
apakah mengalir lancar, tidak ada pembuntuan serta terfiksasi dengan baik.
6. Ekstremitas
Apakah ada keterbatasan dalam aktivitas karena adanya nyeri yang hebat,
juga apakah ada kelumpuhan atau kekakuan.
b. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium.
a. Darah. Ditemukan leukosit 10.000 – 18.0000 mn.
b. Urine. Ditemukan sejumlah kecil leukosit dan eritrosit .
2. Pemeriksaan Radiologi.
BOF,
Tampak distensi sekum pada appendisitis akut.
c. Analisa data.
Dari urarai diatas pengkajian kemudian data tersebut dikelompokkan menjadi data subyektif dan data obyektif lalu dianalisa sehingga dapat ditarik kesimpulan masalah yang timbul dan untuk selanjutnya dapat dirumuskan diagnosa keperawatan (lismidar, 1990).
d. Diagnosa Keperawatan.
Tahap akhir dari pengkajian adalah diagnosa keperawatan. Diagnosa keperawatan ditetapkan berdasarkan analisa data yang diperoleh dari pengkajian data. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada penderita post appendiktomy :
1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) sehubungan
dengan insisi pembedahan ( Ingnatavicius; 1991).
2. Potensial terjadi infeksi dengan invasi
kuman pada luka operasi ( Doenges; 1989
).
3. Kecemasan sehubungan dengan kurangnya
informasi dari team kesehatan akan penyembuhan penyakit ( Ingnatavicius; 1991 ).
C. Perencanaan
Dari diagnosa keperawatan diatas maka dapat
disusun rencana perawatan sesuai dengan prioritas masalah kesehatan, yaitu :
1.
Gangguan rasa nyaman (nyeri) sehubungan dengan insisi pembedahan.
Tujuan :
Nyeri
berkurang dalam waktu kurang dari 24 jam.
Kriteria
Hasil :
Klien menyatakan nyeri
berkurang, tidak takut melakukan mobilisasi, klien dapat istirahat dengan
cukup.
Skala nyeri sedang
Rencana Tindakan :
a. Beri penjelasan pada klien tentang sebab
dan akibat nyeri.
b. Ajarkan teknik relaksasi dan destraksi.
c. Bantu klien menentukan posisi yang nyaman
bagi klien.
d. Rawat luka secara teratur daan aseptik.
Rasional :
a. Penjelasan yang benar membuat klien
mengerti sehingga dapat diajak bekerja sama.
b. Dapat mengurangi ketegangan atau
mengalihkan perhatian klien agar dapat mengurangi rasa nyeri.
c. Penderita sendiri yamg merasakan posisi
yang lebih menyenangkan sehingga mengurangi rasa nyeri.
d. Perawatan luka yang teratur dan aseptik
dapat menghindari sekecil mungkin invasi kuman pada luka operasi.
e. Analgesik dapat mengurangi rasa nyeri.
2.
Potensial terjadi infeksi sehubungan dengan invasi kuman pada luka operasi.
Tujuan :
Infeksi pada luka operasi
tidak terjadi.
Kriteria hasil :
Tidak ada tanda – tanda
infeksi (rubor, dolor ) luka bersih dan kering.
Rencana tindakan :
a. Beri penjelasan pada klien tentang
pentingnya perawatan luka dan tanda -
tanda atau gejala infeksi.
b. Rawat luka secara teratur dan aseptik.
c. Jaga luka agar tetap bersih dan kering.
d. Jaga kebersihan klien dan lingkungannya.
e. Observasi tanda – tanda vital.
f. Kolaborasi dengan dokter untuk antibiotik
yang sesuai.
Rasional :
a. Penderita akan mengerti pentingnya
perawatan luka dan segera melapor bila ada tanda – tanda infeksi.
b. Perawatan luka yang teratur dan aseptik
dapat menghindari sekecil mungkin invasi kuman pada luka operasi.
c. Media yang lembab dan basah merupakan
media yang baik untuk pertumbuhan kuman.
d. Mengetahui sedini mungkin tanda – tanda
infeksi pada luka operasi.
e. Mengetahui sedini mungkin tanda – tanda
infeksi secepatnya mengatasi .
3. Kecemasan sehubungan dengan kurangnya
informasi dari Antibiotik menghambat proses infeksi dalam tubuh.
Tujuan :
Rasa cemas berkurang.
Kriteria hasil :
Klien dapat mengekspresikan
kecemasan secara konstruktif, klien dapat tidur dengan tenang dan berkomunikasi
dengan teman sekamarnya.
Rencana Tindakan :
a. Jelaskan keadaan proses penyebab dan
penyakitnya
b. Jelaskan pengaruh psikologis terhadap
fisiknya (Penyembuhan penyakit).
c. Jelaskan tindakan perawatan yang akan
diberikan.
Rasional :
a. Dengan penjelasan diharapkan klien dapat
mengerti sehingga klien menerima dan beradaptasi dengan baik.
b. Pengertian dan pemahamannya yang benar
membantu klien berfikir secara konstruktif.
c. Dengan penjelasan benar akan menambah keyakinan atau kepercayaan diri klien. (FK UI; 1990)
D.Pelaksanaan
Merupakan
realisasi dan rencana tindakan keperawatan yang telah diberikan pada klien.
E.Evaluasi
Merupakan tahap akhir dalam proses keperawatan.
Tujuan evaluasi adalah : Untuk menilai apakah tujuan dalam keperawatan tercapai atau tidak untuk melakukan pengkajian ulang. Untuk menilai apakah tujuan tercapai sebagian, seluruhnya atau tidak tercapai dapat dibuktikan dari prilaku penderita.
Dalam hal ini juga sebagai langkah koreksi terhadap rencana keperawatan
semula. Untuk mencapai rencana
keperawatan berikutnya yang lebih relevan.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Appendiks akut adalah
peradangan dari appendiks vermiformis yang merupakan penyebab umum dari akut
abdomen (Junaidi, dkk, 1982). Appendisitis adalah peradangan dari suatu
appendiks Disebabkan oleh infeksi bakteri. Namun terdapat banyak sekali faktor
pencetus terjadinya penyakit ini. Diantaranya obstruksi yang terjadi pada lumen
apendiks. Obstruksi pada lumen apendiks ini biasanya disebabkan karena adanya
timbunan tinja yang keras ( fekalit), hipeplasia jaringan limfoid, penyakit
cacing, parasit, benda asing dalam tubuh, cancer primer dan striktur..
B. Saran
Dalam menerapkan asuhan keperawatan pada klien dengan apendisitis diperlukan pengkajian, konsep dan teori dalam melakukan asuhan keperawatan tentang apendisitis.agar tidak terjadinya apendisitis maka di harapkan untuk semua pembaca agar menghindari penyebab terjadinya apendisitis.
DAFTAR
PUSTAKA
Baratajaya,
Medikal Bedah, EGC, Jakarta, 1990
Dona P. Ignatavicus, Medical surgical Nursing A Nursing Aproach , edisi I; 1991.
Fakultas Kedokteran Universitas
Airlangga, Digestive Surgency,
Lismidar, Proses keperawatan FKUI; 1990.
Marlyn E. Doenges, Nursing care Plans, F. A.
Davis Company,
M.A. Henderson, Ilmu Bedah Untuk Perawat, Penerbit Yayasan essentia media, 1989
0 Response to "Makalah Appendiks (Umbai cacing) TERBARU 2021"
Post a Comment