Laporan Pendahuluan Pada Anak ADHD atau Attention Deficit Hyperactivity Disorder Terbaru 2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anak berkebutuhan khusus (ABK)
merupakan anak yang menandakanadanya kelainan khusus. Anak berkebutuhan khusus
mempunyai karakteristik yang berbeda antara yang satu dan yang lainnya. Di
negara Indonesia, anak berkebutuhan khusus yang mempunyai gangguan
perkembangan dan telahdiberikan layanan antara lain adalah anak dengan
ADHD.ADHD adalah singkatan dari Attention Deficit Hyperactivity Disorder,suatu
kondisi yang pernah dikenal sebagai Attention Deficit Disorder (Sulitmemusatkan
perhatian), Minimal Brain Disorder (Ketidak beresan kecil di otak),Minimal
Brain Damage (Kerusakan kecil pada otak), Hyperkinesis (Terlalu
banyak bergerak / aktif), dan Hyperactive (Hiperaktif). Ada
kira-kira 3-5% anak usiasekolah menderita
ADHD (Tanner, 2007). Dengan
memperoleh pendidikan yang sesuai dengan jenis dan tingkatankelainan ABK
khususnya anak dengan ADHD, diharapkan ABK khususnyaADHD memiliki pengetahuan
dan keterampilan yang berguna untuk dirinyasendiri serta dapat turut
berpatisipasi dalam pembangunan demi menciptakankesejahteraan bangsa dan
negaranya.Prinsip bimbingan dan konseling adalahGuiedance For All´dimanasemua individu memiliki hak yang sama
dalam mendapatkan layanan bimbingandan
konseling, siapa pun individu itu, dari mana pun individu itu berasal,
dan bagaimana pun kondisi konseling.
B. Tujuan
Tujuan umum
penulisan makalah ini adalah sebagai pemenuhan tugas Sistemneurobehavior yang berjudul ” ADHD”.
Tujuan khusus
penulisan makalah ini adalah untuk dapat mengetahui definisi, etiologi,
patofisiologi, manifestasi klinis, pemeriksaan penunjang serta penatalaksanaan
pada gangguan ADHD agar dapat menambah pengetahuan penulis ataupun pembaca.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
DEFINISI
Hiperaktif
adalah gangguan tingkah laku yang tidak normal yang disebabkan disfungsi
neurologia dengan gejala utama tidak mampu memusatkan perhatian. Begitu pula
anak hiperaktif adalah anak yang mengalami Gangguan Pemusatan Perhatian dengan
Hiperaktivitas (GPPH) atau juga disebut dengan Attention Deficit and Hyperactivity Disorder (ADHD). Kondisi ini
juga disebut sebagai gangguan hiperkinetik. Dahulu kondisi ini sering disebut
minimal brain dysfunction syndrome.
Dr. Seto Mulyadi dalam bukunya “Mengatasi Problem Anak Sehari-hari“ mengatakan
pengertian istilah anak hiperaktif adalah : Hiperaktif menunjukkan adanya suatu
pola perilaku yang menetap pada seorang anak. Perilaku ini ditandai dengan
sikap tidak mau diam, tidak bisa berkonsentrasi dan bertindak sekehendak
hatinya atau impulsif.
Hiperaktif
adalah suatu pola perilaku pada seseorang yang menunjukkan sikap tidak mau
diam, tidak terkendali, tidak menaruh perhatian dan impulsif (bertindak
sekehendak hatinya). Anak hiperaktif selalu bergerak dan tidak pernah merasakan
asyiknya permainan atau mainan yang disukai oleh anak-anak lain seusia mereka,
dikarenakan perhatian mereka suka beralih dari satu fokus ke fokus yang lain.
Mereka seakan-akan tanpa henti mencari sesuatu yang menarik dan mengasikkan
namun tidak kunjung datang.
Jadi yang dimaksud dengan hiperaktif adalah suatu pola perilaku pada
seseorang yang menunjukkan sikap tidak mau diam, tidak terkendali, tidak
menaruh perhatian dan impulsif (bertindak sekehendak hatinya). Anak hiperaktif
selalu bergerak dan tidak pernah merasakan asyiknya permainan atau mainan yang
disukai oleh anak-anak lain seusia mereka, dikarenakan perhatian mereka suka
beralih dari satu fokus ke fokus yang lain. Mereka seakan-akan tanpa henti
mencari sesuatu yang menarik dan mengasikkan namun tidak kunjung datang
B.
KLASIFIKASI
a.
Tipe Anak yang Tidak Bisa Memusatkan Perhatian
Dalam tipe
ini, anak sangat mudah terganggu perhatiannya, tetapi tidak hiperaktif atau
impulsif. Mereka tidak menunjukkan gejala hiperaktif. Tipe ini kebanyakan ada
pada anak perempuan. Mereka seringkali melamun dan dapat digambarkan seperti
sedang berada “di awang-awang”.Tidak bisa diajak
bicara atau menerima instruksi karena perhatiannya terus berpindah-pindah,
pelupa dan kacau.
b.
Tipe Anak yang Hiperaktif dan Impulsif
Anak-anak
dalam tipe ini menunjukkan gejala yang sangat hiperaktif dan impulsif, tetapi
bisa memusatkan perhatian. Tipe ini seringkali ditemukan pada anak- anak kecil.Anak dalam tipe ini memiliki ciri-ciri berikut:
terlalu energik, lari ke sana kemari, melompat seenaknya, memanjat-manjat,
banyak bicara, berisik.
Ia juga impulsif: melakukan sesuatu secara tak terkendali, begitu saja
bertindak tanpa pertimbangan, tak bisa menunda respons, tidak sabaran. Tetapi
yang mengherankan, sering pada saat belajar, ia menampakkan tidak perhatian,
tetapi ternyata ia bisa mengikuti pelajaran.
c.
Tipe Gabungan.
Mereka
sangat mudah terganggu perhatiannya, hiperaktif dan impulsif. Kebanyakan
anak-anak termasuk tipe seperti ini.Anak dalam
tipe ini mempunyai ciri-ciri berikut: kurang mampu memperhatikan aktivitas dan
mengikuti permainan atau menjalankan tugas, perhatiannya mudah terpecah, mudah
berubah pendirian, selalu aktif secara berlebihan dan impulsif.
C.
ETIOLOGI
Pandangan-pandangan serta
pendapat–pendapat mengenai asal usul, gambaran–gambaran, bahkan mengenai
realitas daripada gangguan ini masih berbeda–beda serta dipertentangkan satu
sama lainnya. Beberapa orang berkeyakinan bahwa gangguan tersebut mungkin
sekali timbul sebagai akibat dari gangguan–gangguan di dalam neurokimia atau
neurofisiologi susunan syaraf pusat. Istilah gangguan kekurangan perhatian
merujuk kepada apa yang oleh banyak orang diyakini sebagai gangguan yang
utamanya. Sindroma tersebut diduga disebabkan oleh faktor genetik, pembuahan
ataupun racun, bahaya–bahaya yang diakibatkan terjadinya prematuritas atau
immaturitas, maupun rudapaksa, anoksia atau penyulit kelahiran lainnya.
Telah dilakukan pula pemeriksaan
tentang temperamen sebagai kemungkinan merupakan faktor yang mempermudah
timbulnya gangguan tersebut, sebagaimana halnya dengan praktek pendidikan serta
perawatan anak dan kesulitan emosional di dalam interaksi orang tua dan anak
yang bersangkutan. Sampai sekarang tidak ada satu atau beberapa faktor penyebab
pasti yang tidak dapat diperlihatkan. Namun untuk sementara banyak pendapat
yang mengungkapkan bahwa anak yang hiperaktif memiliki pencetus antara lain:
a.
Faktor Genetik
Didapatkan korelasi yang tinggi dari hiperaktif yang
terjadi pada keluarga dengan anak hiperaktif. Kurang lebih sekitar 25-35% dari
orang tua dan saudara yang masa kecilnya hiperaktif akan menurun pada anak. Hal
ini juga terlihat pada anak kembar. Anak laki-laki dengan eksra kromosom Y
yaitu XYY, kembar satu telur lebih memungkinkan hiperaktif dibanding
kembar dua telur.
b.
Faktor Neurologik
Insiden hiperaktif yang lebih tinggi didapatkan pada
bayi yang lahir dengan masalah-masalahprenatal seperti lamanya proses
persalinan, distres fetal, persalinan dengan cara ekstraksi forcep, toksimia
gravidarum atau eklamsia dibandingkan dengan kehamilan dan persalinan normal.
Di samping itu faktor-faktor seperti bayi yang lahir dengan berat badan rendah,
ibu yang terlalu muda, ibu yang merokok dan minum alkohol juga meninggikan
insiden hiperaktif.
Terjadinya perkembangan otak yang lambat. Faktor
etiologi dalam bidang neuorologi yang
sampai kini banyak dianut adalah terjadinya disfungsi pada salah satu
neurotransmiter di otak yang bernama dopamin. Dopamin merupakan zat aktif yang
berguna untuk memelihara proses konsentrasi.
Beberapa studi menunjukkan terjadinya gangguan perfusi
darah di daerah tertentu pada anak hiperaktif, yaitu di daerah striatum, daerah
orbital-prefrontal, daerah orbital-limbik otak, khususnya sisi sebelah kanan.
c.
Faktor toksik
Beberapa zat makanan seperti salisilat dan bahan-bahan
pengawet memiliki potensi untuk membentuk perilaku hiperaktif pada anak. Di
samping itu, kadar timah dalam serum darah anak yang meningkat, ibu yang
merokok dan mengkonsumsi alkohol, terkena sinar X pada saat hamil juga dapat
melahirkan calon anak hiperaktif.
d.
Faktor Kultural dan Psikososial
·
Pemanjaan
Pemanjaan dapat juga disamakan dengan memperlakukan
anak terlalu manis, membujuk-bujuk makan, membiarkan saja, dan sebagainya. Anak
yang terlalu dimanja itu sering memilih caranya sendiri agar terpenuhi
kebutuhannya.
·
Kurang
Disiplin dan Pengawasan
Anak yang kurang disiplin atau pengawasan akan berbuat
sesuka hatinya, sebab perilakunya kurang dibatasi. Jika anak dibiarkan begitu
saja untuk berbuat sesuka hatinya dalam rumah, maka anak tersebut akan berbuat
sesuka hatinya ditempat lain termasuk di sekolah. Dan orang lain juga akan
sulit untuk mengendalikannya di tempat lain baik di sekolah maupun di
masyarakat.
·
Kesenangan
Anak yang memiliki kepribadian yang berorientasi
kesenangan umumnya akan memiliki ciri-ciri hiperaktif secara sosio-psikologis
dan harus dididik agak berbeda agar mau mendengarkan dan menyesuaikan diri
dengan lingkungannya.
D.
MANIFESTASI KLINIS
Ukuran objektif tidak memperlihatkan
bahwa anak yang terkena gangguan ini memperlihatkan aktifitas fisik yang lebih
banyak, jika dibandingkan dengan anak–anak kontrol yang normal, tetapi
gerakan–gerakan yang mereka lakukan kelihatan lebih kurang bertujuan serta
mereka selalu gelisah dan resah. Mereka mempunyai rentang perhatian yang
pendek, mudah dialihkan serta bersifat impulsif dan mereka cenderung untuk
bertindak tanpa mempertimbangkan atau merenungkan akibat tindakan tersebut.
Mereka mempunyai toleransi yang rendah terhadap perasaan frustasi dan secara
emosional mereka adalah orang–orang yang labil serta mudah terangsang. Suasana
perasaan hati mereka cenderung untuk bersifat netral atau pertenangan, mereka
kerap kali berkelompok, tetapi secara sosial mereka bersikap kaku. Beberapa
orang di antara mereka bersikap bermusuhan dan negatif, tetapi ciri ini sering
terjadi secara sekunder terhadap permasalahan–permasalahan psikososial yang
mereka alami. Beberapa orang lainnya sangat bergantung secara berlebih–lebihan,
namun yang lain lagi bersikap begitu bebas dan merdeka, sehingga kelihatan
sembrono.
Kesulitan-kesulitan emosional dan
tingkah laku lazim ditemukan dan biasanya sekunder terhadap pengaruh sosial
yang negatif dari tingkah laku mereka. Anak-anak ini akan menerima celaan dan
hukuman dari orang tua serta guru dan pengasingan sosial oleh orang-orang yang
sebaya dengan mereka. Secara kronik mereka mengalami kegagalan di dalam
tugas-tugas akademik mereka dan banyak diantara mereka tidak cukup
terkoordinasi serta cukup mampu mengendalikan diri sendiri untuk dapat berhasil
di dalam bidang olah raga. Mereka mempunyai gambaran mengenai diri mereka
sendiri yang buruk serta mempunyai rasa harga diri yang rendah dan kerap kali
mengalami depresi. Terdapat angka kejadian tinggi mengenai ketidakmampuan
belajar membaca matematika, mengeja serta tulis tangan. Prestasi akademik
mereka dapat tertinggal 1 – 2 tahun dan lebih sedikit daripada yang sesunguhnya
diharapkan dari kecerdasan mereka yang diukur.
E.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak ada pemeriksaan laboratorium
yang akan menegakkan diagnosis gangguan kekurangan perhatian. Anak yang
mengalami hiperaktivitas dilaporkan memperlihatkan jumlah gelombang-gelombang
lambat yang bertambah banyak pada elektorensefalogram mereka, tanpa disertai
dengan adanya bukti tentang penyakit neurologik atau epilepsi yang progresif,
tetapi penemuan ini mempunyai makna yang tidak pasti. Suatu EEG yang dianalisis
oleh komputer akan dapat membantu di dalam melakukan penilaian tentang
ketidakmampuan belajar pada anak itu.
Selain itu, digunakan instrumen
Skala Penilaian Perilaku Anak Hiperaktif (SPPAHI) untuk deteksi ADHD pada anak
berusia 6-13 tahun, yang dapat dipakai oleh orang tua, guru, dokter. Jika
fasilitas tersedia, sebelum dan sesudah pemberian terapi, dapat dilakukan
pemeriksaan cognitive Event Related Potential (ERP), Matching Familiar Test,
dan Continuous Performance Test untuk menilai kemampuan memusatkan perhatian
dan tingkat kewaspadaan.
F. PENATALAKSANAAN
1.
Keperawatan
·
Pengobatan serta perawatan yang harus dilaksanakan pada anak yang mengalami
gangguan hiperaktif ditujukan kepada keadaan sosial lingkungan rumah dan
ruangan kelas penderita serta kepada kebutuhan-kebutuhan akademik dan
psikososial anak yang bersangkutan, suatu penjelasan yang terang mengenai
keadaan anak tersebut haruslah diberikan kepada kedua orang tuanya dan kepada
anak itu sendiri.
·
Anak tersebut hendaklah mempunyai aturan yang berjalan secara teratur
menurut jadwal yang sudah ditetapkan dan mengikuti kegiatan rutinnya itu, dan
sebaiknya selalu diberikan kata-kata pujian.
·
Perangsangan yang berlebihan serta keletihan yang sangat hebat haruslah
dihindarakan, anak tersebut akan mempunyai saat-saat santai setelah
bermain terutama sekali setelah ia melakukan kegiatan fisik yang kuat dan
keras
·
Periode sebelum pergi tidur haruslah merupakan masa tenang, dengan cara
menghindarkan acara-acara televisi yang merangsang, permainan-permainan yang
keras dan jungkir balik.
·
Lingkungan di sekitar tempat tidur sebaiknya diatur sedemikian rupa,
barang-barang yang membahayakan dan mudah pecah dihindarkan.
·
Tehnik-tehnik perbaikan aktif yang lebih formal akan dapat membantu, dengan
memberikan hadiah kepada anak tersebut berupa bintang atau tanda sehingga
mereka dapat mencapai kemajuan dalam tingkah laku mereka.
2.
Medis
·
Terapi farmakologi :
Farmakoterapi kerap
kali diberikan kepada anak-anak yang mengalami gangguan hiperaktif. Farmakologi
yang sering digunakan adalah dekstroamfetamin, metilfenidat,
magnesium pemolin serta fenotiazin. obat tersebut mempunyai pengaruh-pengaruh
sampingan yang lebih sedikit. Cara bekerja obat tersebut mungkin sekali adalah
dengan mengadakan modifikasi di dalam gangguan-gangguan fundamental pada
rentang perhatian, konsentrasi serta impulsivitas. Oleh karena respon yang akan
mereka berikan terhadap pengobatan tidak dapat diramalkan sebelumnya, maka
biasanya diperlukan suatu masa percobaan klinik, mungkin akan dibutuhkan waktu
2-3 minggu dengan pemberian pengobatan setiap hari untuk menentukan apakah akan
terdapat pengaruh obat itu atau tidak.
·
Dosis:
Obat tersebut diberikan setelah makan
pagi dan makan siang, agar hanya memberikan pengaruh yang minimal kepada nafsu
makan dan tidur penderita.
-
Metilfenidat : dosis yang diberikan berbeda-beda sesuai dengan usia masing-masing anak
akan tetapi berat badan tidak berpengaruh terhadap dosis.pada awalnya mereka
diberikan 5 mg pada saat makan pagi serta pada waktu makan siang. Jika tidak
ada respon yang diberikan maka dosis di naikan dengan 2,5 mg dengan selang
waktu 3-5 hari. Bagi anak-anak yang berusia 8-9 tahun dosis yang efektif adalah
15-20 mg/24 jam. Sementara itu anak yang berusia lebuh lanjut akan memerlukan
dosis sampai 40 mg/jam. Pengaruh obat ini akan berlangsung selama 2-4 hari.
Biasanya anak akan bersifat rewel dan menangis. Jika pemakaian obat ini sudah
berlangsung lama dan dosis yang diberikan lebih dari 20 mg/jam rata-rata mereka
akan mengalami pengurangan 5 cm dari tinggi yang diharapkan.
-
Dekstroamfetamin : dapat diberikan dalam bentuk yang dilepaskan (showreleased) secara
sedikit demi sedikit. Dosis awalnya adalah 10 mg dengan masa kerja selama 8-18
jam sehingga penderita hanya membutuhkan satu dosis saja setiap hari, pada
waktu sarapan pagi. Dosisnya dalah kira sebesar setengah dosis metilfenidat,
berkisar antara 10-20 mg/jam
-
Magnesium pemolin : dianjurkan untuk memberikan dosis awal sebesar 18,75 mg, untuk
selanjutnya dinaikan dengan setengah tablet/minggu. Akan dibutuhkan waktu selama
3-4 minggu untuk menetapkan keefektifan obat tersebut. Efek samping dari obat
tersebut adalah berpengaruh terhadap fungsi hati, kegugupan serta kejutan otot
yang meningkat.
-
Fenotiazin : dapat menurunkan tingkah laku motorik anak yang bersangkutan, efek
samping : perasaan mengantuk, iritabilitas serta distonia.
-
CONCERTA
Indikasi
Adhd yang bekerja selamaq 12 jam dengan dosis 1x1 di pagi hari
kandungan : metilfenidat HCL 18mg,36mg.
Dosis max 1 hari 1x54mg.
-
PROHIPER 10
Kandungan : metifenidat HCL 10mg.
Dosis anak2 (< 6 th):2x5mg
Dewasa 20-30 mg
Persediaan tablet
-
RITALIN/RITALIN SR/RITALIN LA
Kandungan : metilfenidat HCL 10 mg,30 mg, 40 mg
Dosis : tab dewasa sehari 2-3 tab
Anak-anak <6 th,awal 2x1/2 tab dg peningkatan ½ - 1 tab per minggu
Max sehari 6 tab.
Secara umum efek
samping dari pemakaian obat-obatan tersebut diatas adalah anoreksia dan
penurunan berat badan, nyeri perut bagian atas serta sukar tidur, anak
akan mudah menangis serta peka terhadap celaan ataupun hukuman, detak jantung
yang meningkat serta penekanan pertumbuhan. Jika terjadi hal demikian maka
pengurangan dosis atau penghentian pengguanaan obat-obatan perlu dihentikan.
G. PRINSIP-PRINSIP PENERAPAN TERAPI
BERMAIN
Berdasarkan luasnya batasan terapi
bermain maka penerapannya bagi penyandang ADHD memerlukan batasan-batasan yang
lebih spesifik, disesuaikan dengan karakteristik penyandang ADHD sendiri. Pada
anak penyandang ADHD, terapi bermain dapat dilakukan untuk membantu
mengendalikan aktivitas yang berlebihan (hiperaktivitas), melatih kemampuan
mempertahankan perhatian pada objek tertentu, mengembangkan ketrampilan
menunggu giliran, dan mengendalikan tingkat agresivitas. Tentu saja pemberian
terapi perilaku ini akan kurang efektif tanpa dibarengi dengan tritmen yang
berupa obat-obatan yang membantu untuk mengendalikan agresivitas, memberikan
ketenangan kepada anak, dan mengurangi kecemasan.
Pada prinsipnya terapi bermain digunakan untuk menjadi
media bagi anak untuk:
1.
mengalihkan
perhatiannya dari aktivitas yang berlebihan namun tidak bermanfaat
2.
melatih anak
melakukan tugas satu persatu
3.
melatih anak
menunggu giliran
4.
mengalihkan
sasaran agresivitas.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pemberian terapi
bermain bagi anak ADHD adalah:
1. Salah satu
yang perlu diperhatikan pada anak ADHD adalah sensitivitas mereka terhadap
perubahan sehingga kita harus membantu menciptakan sesuatu yang rutin untuk
mereka. Dalam hal ini konsistensi yang dapat diciptakan terapis misalnya dalam
hal waktu, aturan bermain, tempat, dan jumlah alat permainan. Pemilihan ini
harus didasarkan pada kondisi anak dan target perilaku yang dituju.
2. Permainan
yang digunakan harus dipecah-pecah menjadi komponen-komponen kecil yang
diajarkan satu persatu dengan tahap dan cara yang sama. Mereka selalu sulit
mengorganisasikan waktu sehingga kita harus membantu untuk memecah-mecah tugas
menjadi komponen-komponen kecil yang sederhana. Misalnya: cara menggambar di
bagi dalam kegiatan mengambil kertas, mengambil pensil, mengambil crayon, dst.
3. Terapi
diberikan dalam beberapa tahap, pertama dengan satu anak satu terapis dalam
tempat terapi khusus, kemudian perlahan-lahan anak akan dilibatkan dalam
permainan bersama anak lain (sebaiknya yang tidak ADHD), dan jika sudah
memungkinkan maka anak dilibatkan dalam kelompok yang lebih besar. Permainan
sosial ini harus dirancang terapis dan orang tua untuk membantu anak
mengembangkan ketrampilan bersosialisasi.
4. Terapi bagi
anak penyandang ADHD tidak dapat dilakukan hanya dengan terapi tunggal.
Mengingat bahwa gangguannya berkaitan dengan sirkuit di dalam otak, maka terapi
bermain sebaiknya dilakukan bersama-sama dengan terapi yang lain, yaitu terapi
farmakologi. Rencana program terapi yang dijalankan pun harus disusun dengan
terpadu dan terstruktur dengan baik, begitu juga proses evaluasinya.
5. Jika secara
umum terapi bermain memberikan kebebasan kepada anak untuk berekspresi dan
eksplorasi, maka pada anak ADHD hal ini justru akan digunakan untuk
memperkenalkan aturan-aturan dan mengendalikan perilaku.
6. Terapi
bermain bagi penyandang ADHD dapat ditujukan untuk meminimalkan/menghilangkan
perilaku agresif, perilaku menyakiti diri sendiri, dan menghilangkan perilaku
berlebihan yang tidak bermanfaat. Hal ini dapat dilakukan dengan melatihkan
gerakan-gerakan tertentu kepada anak, misalnya tepuk tangan, merentangkan
tangan, menyusun balok, bermain palu dan pasak, dan alat bermain yang lain.
Dengan mengenalkan gerakan yang lain dan berbagai alat bermain yang dapat
digunakan maka diharapkan dapat digunakan untuk mengalihkan agresivitas yang
muncul, juga jika anak sering berlarian tak bertujuan. Mengenalkan anak pada
permainan konstruktif seperti menyusun balok juga akan membantu anak mengenal
urutan dan membantu mengembangkan ketrampilan motorik
H.
TERAPI BERMAIN
1.
Pelampung, anak ADHD
memiliki banyak energi yang perlu disalurkan lewat aktivitas fisik. Olahraga
seperti berenang bisa jadi salah satu cara.
2.
Balok
mencocokkan yang bisa diselesaikan dalam waktu singkat sehingga
membangkitkan kepercayaam diri anak ADHD yang bermasalah dalam menyelesaikan
tugas yang perlu waktu lama.
3.
Krayon besar, memberi
kesempatan anak ADHD melakukan sesuatu tanpa ada yang mengatakan benar-salah.
Diagnosa Keperawatan
Menurut
Videbeck (2008), Townsend (1998), dan Doenges et.al (2007) diagnosa keperawatan
yang dapat dirumuskan pada anak yang mengalami ADHD antara lain :
1.
Risiko cedera berhubungan dengan hiperaktivitas dan
perilaku impulsif
2.
Koping individu tidak efektif berhubungan
dengankelainan fungsi dari system keluarga dan perkembangan ego yang terlambat,
serta penganiayaan dan pengabaian anak
3.
Isolasi sosial menarik diri berhubungan dengan harga
diri rendah
4.
Ansietas (sedang sampai berat) berhubungan dengan
ancaman konsep diri, rasa takut terhadap kegagalan, disfungsi system keluarga
dan hubungan antara orang tua dan anak yang tidak memuaskan
5.
Gangguan harga diri rendah berhubungan dengan koping
individu tidak efektif
Intervensi Keperawatan
Menurut
Videbeck (2008), Townsend (1998), dan Doenges et.al (2007) intervensi
keperawatan yang dapat dirumuskan untuk mengatasi diagnosa keperawatan diatas
antara lain :
1. Isolasi sosial
menarik diri berhubungan harga diri rendah sekunder terhadap prestasi yang
buruk
Tujuan :
Anak dapat
mengembangkan hubungan dengan orang lain ataua nak lain dengan kriteria hasil :
a.
Berhasil menyelesaikan kewajiban atau tugas dengan
bantuan
b.
Menunjukkan keterampilan sosial yang dapat diterima
ketika berinteraksi dengan staf atau anggota keluarga
c.
Berhasil berpartisipasi dalam lingkungan pendidikan
d.
Menunjukkan kemampuan menyelesaikan satu tugas secara
mandiri
e.
Menunjukkan kemampuan menyelesaikan tugas dengan
diingatkan
f.
Mengungkapkan pernyataan positif tentang dirinya
g.
Menunjukkan keberhasilan interaksi dengan anggota
keluarga
Intervensi:
1)
Identifikasi faktor yang memperburuk dan mengurangi
perilaku klien.
Rasional :
Stimulus eksternal yang memperburuk masalah klien dapat diidentifikasi dan
diminimalkan. Demikian juga stimulus yang mempengaruhi klien secara positif
dapat digunakan dengan efektif
2)
Berikan lingkungan yang sedapat mungkin bebas dari
distraksi. Lakukan intervensi satu pasien-satu perawat dan secara bertahap tingkatkan
jumlah stimulus lingkungan
Rasional :
Kemampuan klien untuk menghadapi stimulus eksternal terganggu
3)
Tarik perhatian klien sebelum memberikan instruksi
(yaitu panggil nama klien dan lakukan kontak mata)
Rasional :
Klien harus mendengarkan instruksi sebagai langkah awal untuk patuh]
4)
Berikan instruksi secara secara berlahan dengan
menggunakan bahasa yangs ederhana dan petunjukk yang kongkret
Rasional :
Kemampuan klien dalam memahami instruksi terganggu (terutama jika instruksi
tersebut kompleks dan abstraks)
5)
Minta klien untuk mengulangi instruksi sebelum memulai
tugas
Rasional :
Pengulangan menunjukkan bahwa klien menerima informasi yang akurat
6)
Bagi tugas yang kompleks menjadi rugas-tugas kecil
Rasional :
Kemungkinan untuk berhasil akan meningkat dengan kurangnya komponen tugas yang
rumit
7)
Barikan umpan balik positif untuk pencapaian setiap
tahap
Rasional :
Kesempatan klien untuk mendapatkan keberhasilan dapat meningkat dengan
memperlakukan setiap tahap sebagai kesempatan untuk berhasil
8)
Izinkan berisitirahat klien dapat berjalan-jalan
Rasional :
Energi kegelisahan klien dapat disalurkan melalui cara yang tepat/dapat
diterima sehingga ia dapat menyelesaikan tugas yang akan datang dengan lebih
efektif
9)
Jelaskan harapan untuk penyelesaian tugas dengan jelas
Rasional :
Klien harus mengerti harapan yang diminta sebelum ia dapat mengusahakan
penyelesaian tugas
10) Bantu
klienmenyelesaikan tugas pada awalnya
Rasional :
Jika klien tidak mampu menyelesaikan menyelesaikan tugas secara mandiri,
memberi bantuan akan memungkinkan klien untuk berhasil dan menunjukkan cara
menyelesaikan tugas
2. Gangguan harga
diri rendah berhubungan dengan koping individu tidak efektif
Tujuan :
Anak
memperlihatkan perasaan-perasaan nilai diri yang meningkat saat pulang,
ditandai dengan
a.
Espresi-ekspresi verbal dari aspek-aspek positif
tentang diri, pencapaian masalalu dan prospek-prospek masa depan
b.
Mampu mengungkapkan persepsi yang positif tentang diri
c.
Anak berpartisipasi dalam aktivitas-aktivitas baru
tanpa memperlihatkan rasa takut yang ektrim terhadap kegagalan.
Intervensi :
1)
Pastikan bahwa sasaran-sasaran yang akan dicapat
adalah realistis
Rasional :
Hal ini penting bagi pasien untuk mencapai sesuatu, maka rencana untuk
aktivitas-aktivitas di mana kemungkinan untuk sukse adalah mungkin dan
kesuksesan ini dapat meningkatkan harga diri anak
2)
Sampaikan perhartian tanpa syarat bagi pasien
Rasional :
Komunikasi dari pada penerimaan anda terhadap anak sebagai makhluk hidup yang
berguna dapat meningkatkan harga diri
3)
Sediakan waktu bersama anak, keduanya pada satu ke
satu basis dan pada aktivitas-aktivitas kelompok
Rasional :
Hal ini untuk menyampaikan pada anak bahwa anda merasa bahwa dia berharga bagi
waktu anda
4)
Menemani anak dalam mengidentifikasi aspek-aspek
positif dari diri anak
Rasional :
Aspek positif yang dimiliki anak dapat mengembangkan rencana-rencana untuk
merubah karakteristik yang dilihatnya sebagai hal yang negatif.
5)
Bantu anak mengurangi penggunaan penyangkalan sebagai
suatu mekanisme sikap defensif
Rasional :
Memberikan bantuan yang positif bagi identifikasi amsalah dan pengembangan dari
perilaku-perilaku koping yang lebih adaptif. Penguatan positif membantu
meningkatkan harga diri dan meningkatkan penggunaan perilaku-perilaku yang
dapat diterima oleh pasien
6)
Memberikan dorongan dan dukungan kepada pasien dalam
menghadapi rasa takut terhadap kegagalan dengan mengikuti aktivitas-aktivitas
terapi dan melaksanakan tugas-tugas baru dan berikan pengakuan tentang kerja
keras yang berhasil dengan penguatan positif bagi usaha-usaha yang dilakukan
Rasional :
Pengakuan dan pengyatan positif meningkatkan harga diri
7)
Beri umpan balik positif kepada klien jika melakukan
perilaku yang mendekati pencapaian tugas
Rasional :
Pendekatan ini yang disebut shaping adalah prosedur perilaku ketika pendekatan
yang beturut-turut akan perilaku yang diinginkan, dikuatkan secara positid. Hal
ini memungkinkan untuk memberikan penghargaan kepada klien saat ia menunjukkan
harapan yang sebenarnya secara bertahap.
3. Risiko cedera
berhubungan dengan hiperaktivitas dan perilaku impulsif
Tujuan :
Anak tidak
akan melukai diri sendiri atau orang lain dengen kriteria hasil:
a.
Kecemasan dipertahankan pada tingkat di mana pasien
merasa tidak perlu melakukan agresi
b.
Anak mencari staf untuk mendiskusikan
perasaan-perasaan yang sebenarnya
c.
Anak mengetahui, mengungkapkan dan menerima
kemungkinan konsekuensi dari perilaku maladaptif diri sendiri
Intervensi :
1)
Amati perilaku anak secara sering. Lakukan hal ini
melalui aktivitas sehari-hari dan interaksi untuk menghindari timbulnya rasa
waspada dan kecurigaan
Rasional :
Anak-anak pada risiko tinggi untuk melakukan pelanggaran memerlukan pengamatan
yang seksama untuk mencegah tindakan yang membahayakan bagi diri sendiri atau
orang lain
2)
Amati terhadap perilaku-perilaku yang mengarah pada
tindakan bunuh diri
Rasional :
Peryataan-pernyataan verbal seperti "Saya akan bunuh diri, " atau
"Tak lama ibu saya tidak perlu lagi menyusahkan diri karena saxa"
atau perilaku-perilaku non verbal seperti memnbagi-bagikan barang-barang yang
disenangi, alam perasaan berubah. Kebanyakan anak yang mencoba untuk bunuh diri
telah menyampaikan maksudnya, baik secara verbal atau nonverbal.
3)
Tentukan maksud dan alat-alat yang memungkinkan untuk
bunuh diri. Tanyakan " Apakah anda mempunyai rencana untuk bunuh diri?"
dan "Bagaimana rencana anda untuk melakukannya
Rasional :
Pertanyaan-pertanyaan yang langsung, menyeluruh dan mendekati adalah cocok
untuk hal seperti ini. Anak yang mempunyai rencana yang dapat digunakan adalah
berisiko lebih tinggi dari pada yang tidak
4)
Dapatkan kontrak verbal ataupun tertulis dari anak
yang menyatakan persetujuannya untuk tidak mencelakaka diri sendiri dan
menyetujui untuk mencari staf pada keadaan dimana pemikiran kearah tersebut
timbul
Rasional :
Diskusi tentang perasaan-perasaan untuk bunuh diri dengan seseorang yang
dipercaya memberikan suatu derajat perasaan lega pada anak. Suatu perjanjian
membuat permasalahan menjadi terbuka dan menempatkan beberapa tanggung jawab
bagi keselamatan dengan anak. Suatu sikap menerima anak sebagai seseorang yang
patut diperhatikan telah disampaikan.
5)
Bantu anak mengenali kapan kemarahan terjadi dan untuk
menerima perasaan-perasaan tersebut sebagai miliknya sendiri. Apakah anak telah
menyimpan suatu : buku catatan kemarahan" dimana catatan yang dialami
dalam 24 jam disimpan.
Rasional :
Informasi mengenai sumber tambahan dari merahan, respon perilaku dan persepsia
nak terhadap situasi juga harus dicatat. Diskusikan asupan data dengan anak,
anjurkan juga respons-respons perilaku alternatif yang diidentifikasi sebagai
maladaptif.
6)
Bertindak sebagai model peran untuk ekspresi yang
sesuai dari percobaan memastikan
Rasional :
Hal ini vital bahwa anak mengekspresikan perasaan-perasaan marah, karena bunuh
diri dan perilaku merusak diri sendiri lainnya seringkali terlihat sebagai
suatu akibat dari kemarahan diarahkan pada diri sendiri
7)
Singkirkan semua benda-benda yang berbahaya dari
lingkungan anak
Rasional :
Keselamatan fisik anak adalah prioritas dari keperawatan.
8)
Cobat untuk mengarahkan perilaku kekerasan fisik untuk
ansietas anak (misalnya : kantung pasien untuk latihan tinju, joging, bola
voli)
Rasional :
Ansietas dan tegangan dapat diredakan dengan aman dan dengan adanya manfaat
bagi anak dengan cara ini.
9)
Usahakan untuk bisa tetap bersama panak jika tingkat kegelisahan
dan tegangan mulai meningkat
Rasional :
Hadirnya seseorang yang dapat dipercaya memberikan rasa aman
10) Staf harus mempertahankan dan menyampaikan
dengan sikap yang tenang terhadap anak
Rasional :
Ansietas adalah sesuatu yang mudah menjalar dan dapat ditransmisikan dari staf
ke anak dan sebaliknya. Sikap yang tenang menyampaikan suatu rasa kontrol dan
perasaan aman bagi anak.
11) Sediakan staf yang cukup yang dapat
memperlihatkan kekuatan pada anak jika diperlukan
Rasional :
Hal ini menyampaikan pada anak bukti pengendalian terhadap situasi dan
memberikan beberapa keamanan fisik bagi staf.
12) Berikan obat-obatan penenang sesuai dengan
pesanaan dokter atau dapatkan pesanaan jika diperlukan. Pantau kefektifan
obat-obatan dan efek –sfek samping yang merugikan
Rasional :
Obat-obatan antiansietas (misalnya diazepam, klordiazepoksida, alprazolam)
memberikan perasaan terbebas dari efek-efek imobilisasi dari ansietas dan
memudahkan kerjasama anak dengan terapi.
13) Pembatasan-pembatasan mekanis atau ruangan
isolasi akan diperlukan jika intervensi penurunan pembatasan tidak berhasil
Rasional :
Ini adalaj hak anak untuk mengharapkan penggunaan teknik-teknik yang menjamin
keamanan anak dan orang lain dengan cara-cara yang paling kurang pembatasannya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Anak
hiperaktif adalah anak yang mengalami gangguan pemusatan perhatian dengan
hiperaktivitas (GPPH) atau attention deficit and hyperactivity disorder (ADHD).
Kondisi ini juga disebut sebagai gangguan hiperkinetik. Dahulu kondisi ini
sering disebut minimal brain dysfunction syndrome. Terhadap kondisi siswa yang
demikian, biasanya para guru sangat susah mengatur dan mendidiknya. Di samping
karena keadaan dirinya yang sangat sulit untuk tenang, juga karena anak
hiperaktif sering mengganggu orang lain, suka memotong pembicaran guru atau
teman, dan mengalami kesulitan dalam memahami sesuatu yang diajarkan guru
kepadanya.
Bimbingan
dan konseling menjadi sarana mengatasi anak hiperaktif baik bimbingan konseling
yang dilakukan di rumah maupun di sekolah. Selain itu perlu ada kerjasama
antara pihak sekolah dan orang tua dalam menangani anak yang hiperaktif.
Kerjasama yang baik antara semua pihak dalam menangani anak hiperaktif akan
sangat membantu dalam perbaikannya kedepan demi masa depan anak tersebut.
B. Saran
Penulis
menyadari masih banyak terdapat kekurangan pada makalah
ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan sekali kritik yang membangun bagi
makalah ini, agar penulis dapat berbuat lebih baik lagi di kemudian hari.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan pembaca
pada umumnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Gunarsa, Singgih D. 1978. Psikologi Anak Bermasalah.
Jakarta: BPK Gunung Mulia
Huda, M. Sholikul. Mengenal Anak Hiperaktif
(Gangguan Hiperkinetik). [t.t]:
[t.p]
L. Betz, Cecily, A. Sowden, Linda.
2002. Buku Saku Keperawatan Pediatri.
Edisi 3. Alih Bahasa Jan Tambayong. Jakarta, EGC.
Nelson. 2002. Ilmu Kesehatan Anak. Bagian 1. Alih Bahasa Hunardja S. Jakarta,
Widya Medika.
Setiawani, Mary Go . 2000. Menerobos Dunia Anak. Bandung: Yayasan Kalam Hidup.
Suryadi, Drs. 2007. Cara Efektif Mamahami Perilaku Anak Usia Dini. [t.t]: [t.p]
Zafiera, Ferdinand. 2007. Anak Hiperaktif. Jogjakarta: Katahati.

0 Response to "Laporan Pendahuluan Pada Anak ADHD atau Attention Deficit Hyperactivity Disorder Terbaru 2021"
Post a Comment